JAYAPANGUS WEB

JAYAPANGUS merupakan media komunikasi muda Hindu. diterbitakn sejak akhir januari 2006 oleh KMHD ISI Yogyakarta. hubungi kami di: E-mail: red_jayapangus@yahoo.co.id phone :08175495575

Saturday, September 30, 2006

Bagimana Hari Saraswati diperingati pada masa sekarang ?

Ilmu pengetahuan turun ke dunia uintuk memperbaiki umat manusia untuk
berbuat yang lebih baik, dan Ia sering disebut dengan kata Weda. Ya
Weda, kitab suci yang menjadi sember dari segala sumber ilmu pengetahuan.
Weda turun ke dunia diperingati setiap hari Sabtu Umanis Wuku
Watugunung, yang jatuh setiap 210 hari sekali dan hari itu diperingati dengan
nama Hari Saraswati. Hari Saraswati dapat dimaknai dengan pemujaan
terhadap Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa) manefestasinya sebagai
ilmu pengetahuan.
Saraswati secara agama Hindu diperingati kurang lebih 6 bulan sekali,
namun pada pelaksanaan sehari Hari Saraswati juga dapat dimaknai dan
diperingati dengan membaca pustaka-pustaka/buku-buku yang ada untuk
menambah ilmu pengetahuan dalam diri. Dengan membaca pustaka/buku kita telah
memuja TUHAN. Baik, buruk, salah, benar dan segala hal dapat ditemukan
dengan ilmu pengetahuan. Alangkah baiknya menerapkan ilmu pengetahuan
digunakan untuk memperbaiki diri dan menggunakannya untuk sesuatu yang
berguna untuk semuanya.
Ilmu pengetahuan simbulnya sangat cantik, seorang wanita cantik
lengkap dengan atributnya (genitri, kropak, wina, teratai) dan disertai
dengan merak dan angsa. Hal itu bukan hanya sekadar simbol tapi memiliki
makna tertentu. Simbol saraswati dapat dimaknai sebagai berikut :
a. Dewi Saraswati : sebagai lambang wanita cantik yang menandakan ilmu
pengetahuan sangat mulia, lemah lembut, indah dan menarik.
b. Genitri(tasbih) : simbol bahwa ilmu pengetahuan kekal dan tak
terbatas.
c. Kropak : lambang dari sumber ilmu pengetahuan.
d. Wina : menandakan ilmu pengetahuan memiliki rasa yang sangat halus.
e. Teratai : merupakan simbol dari ilmu pengetahuan itu suci. (Lihat
bunga teratai walaupun berada ditempat yang kotor sekalipun akan selalu
tampak bersih.)
f. Merak : ilmu pengetahuan akan membawa kewibawaan bagi orang yang
mengusainya.
g. Angsa : berarti ilmu pengetahuan sangat bijaksana dapat membedakan
baik, buruk dan segala hal.
Pada Hari Saraswati umat Hindu membuatkan banten Saraswati untuk
pustaka-pustaka suci dan pustaka lainnya. Hal ini menandakan rasa syukur dan
terimakasih terhadap ilmu pengetahua yang telah mendewasakan dan
membimbing manusia menuju kehidupan yang lebih baik. Selain membuatkan
banten, acara persembahyangan juga dilakukan. Dan beserta para bijaksana Hari
Saraswati diperingati juga dengan tapa brata (berpuasa). Monabrata
(mengurangi berbicara) merupakan tapa brata yang dilakukannya.
Pertanyaan saya, kemanakah ilmu pengetahuan yang anda dapatkan akan
anda bawa ?

Penulis : Putu Niki
Sumber: Buku-buku Agama Hindu

Monday, September 11, 2006

TK HINDU, RIWAYATMU KINI


maaaffff datanya lupa bawa...hehehe fotonya ja dulu ya

Sunday, September 10, 2006

slamat datang

kesenjangan

keseimbangan

1 TH REBORN Pesantian Tunas Mekar Jagadnata


Memperingati ulang tahun pertama Pesantian Tunas Mekar Paguyuban Muda-mudi Hindu Dharma (PMHD) Jagadnata yang jatuh ada tanggal 3 Juli 2006 , diadakan berbagai kegiatan yang mengambil Tema: 1th Reborn Pesantian Tunas Mekar Jagadnata. “Reborn” atau lahir kembali karena dulu kegiatan pesantian pernah diadakan dengan nama Pesantian Tunas Jagadnata. Pesantian ini telah melahirkan muda-mudi Banguntapan generasi sekarang, namun karena satu dan lain hal, pesantian terhenti beberapa tahun mingga muncul Pesantian Tunas Mekar Jagadnata.
Kegiatan yang direncanakan berlangsung pada awal Juli terpaksa sedikit tertunda karena bencana Gempa 27 Mei lalu. Dengan dana seadanya maka pada tanggal 12 Juli 2006 terwujudlah rencana mengadakan perlombaan. Dengan diikuti oleh sekitar 26 peserta, perlombaan ini berlangsung cukup meriah. Lomba yang diadakan atara lain: menggambar & mewarnai, Tri Sandya, Lomba Puzzle dan Lomba Scribal. Setelah perlombaan tersebut selesai, dilanjutkan dengan lomba berkelompok. Terdapat 4 kelompok yang diharuskan untuk mengerjakan soal-soal terkait dengan agama Hindu di tiap Pos. Pada pos terakhir mereka diminta untuk menunjukan kekompakan mereka dalam bernyanyi (kekidungan dan lagu rohani anak-anak). Dari lomba berkelompok ini diambil 1 juara umum dan juara kelompok terkompak.
Perlombaan yang digelar ini didukung oleh beberapa juri yang berkompeten dibidangnya. Seperti lomba Tri Sandya dipercayakan kepada bapak Wasi, Pembina PMHD dan juga penyuluh Agama Hindu. Lomba menggambar dan mewarnai dipercayakan kepada salah satu anggota PMHD didampingi Perwakilan dari Mahasiswa ISI. Sedangkan dalam lomba berkelompok pos menyanyi dipercayakan kepada perwakilan Paguyuban Ibu-ibu yang sudah lama berkecimpung dibidang kekidungan ditambah salah satu anggota PMHD yang tentunya berkompeten dibidang musik/nyanyi. Pada tanggal 16 Juli 2006 diadakan acara puncak perayaan dengan pemotongan tumpeng serta penyerahan hadiah kepada para pemenang dan hadiah-hadiah kepada semua anak yang datang. Namun karena terbatasnya dana maka piala hanya diberikan kepada juara 1. Acara ini dimeriahkan oleh Suara Jagadnata dan juga paduan suara anak-anak Pesantian Tunas Mekar Jagadnata serta diakhir acara diadakan kuis dan full hadiah.
Keceriaan anak-anak yang tampak diwajah mereka membuat panitia dan orang tua merasa puas karena keceriaan itulah yang menjadi tujuan acara ini. Semoga ditahun mendatang kecerian tersebut semakin terpancar.

siappp....

pakailah helm

RATU VS Ida Ratu (wargasari)

kulitas no 1

Saturday, September 09, 2006

perbaikan kualitas pendidikan

Friday, September 08, 2006

Dari Redaksi

Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting, apalagi di era persaingan yang kian ketat dewasa ini. Kita patut bersyukur karena kesadaran umat tentang pentingnya pendidikan untuk masa depan sudah meningkat. Ini bisa dilihat dari banyaknya generasi muda Hindu baik yang berasal dari Bali maupun daerah lain yang memilih Jogja sebagai tujuan tempat melanjutkan pendidikan. Yang kemudian menjadi pertanyaan adalah bagaimana keadaan pendidikan Hindu di Jogja terutama ditinggakt dasar (TK-SMP) dan sekolah lanjutan (SMA/SMK) sudahkah mereka juga dibekali dengan materi agama yang memadai? mengingat Hindu termasuk Minoritas dan di Jogja belum ada Sekolah formal yang bernafaskan Hindu.

Melihat situasi tersebut dan memanfaatkan moment tahun ajaran Baru serta hari raya Saraswati ini, JAYAPANGUS kembali hadir mencoba memberikan sedikit sumbangsih untuk kemajuan umat. Kami menyadari apa yang kami sajikan masih terbatas dan belum mencakup semua lini, namun semoga apa yang kami coba angkat pada edisi ini bisa memberi sedikit gambaran tentang dunia Pendidikan Hindu di Jogja.

Pada edisi ini kami juga membuka Rublik ASPIRASI UMAT yang diharapkan bisa dimanfaatkan oleh umat untuk menyalurkan ide/saran/kritik serta harapannya untuk Kemajuan Umat Hindu.

Akhir kata kami mengucapkan selamat membaca Media Komunikasi muda Hindu JAYAPANGUS.

DARI PEMBACA

Saya sangat tertarik dengan apa yang diterbitkan Jayapangus, saya sudah lumayan lama tinggal di Jogja tapi saya jarang sekali bergaul dengan orang-orang Hindu. Saya ingin sekali membantu umat Hindu yang ada di Jogja, tapi bagaimana caranya? Saya bisa Yoga dan kebetulan saya dibesarkan di salah satu Asrama di Bali. Mungkin pengalaman saya di Asrama bisa saya berikan kepada teman-temana Hindu di Jogja. Terus terang saya sangat tertarik dengan kegiatan ini. Atas perhatiannya saya ucapkan terimakasih.
-Komang- (Maguwo) 08170674253
Bagi Umat yang tertarik belajar Yoga silahkan hubungi Komang.

JP Oke Banget, sayangnya pas purnama kemarin saya tidak kebagian , jadi tolong diperbanyak. Jayapangus bisa membantu semangat saya untuk belajar agama lebih rajin.
Semoga JAYAPANGUS makin JAYA dan tolong gunung Kidul juga dimuat agar umatnya tidak kian punah.
- 085643584***-
Selama ini JP dicetak 500 eksmplar dan disebar ke pura-pura Jogja. Biaya cetak JP diperoleh dari iklan dan donatur, jadi jika kami nanti ada dana lebih pasti kami cetak lebih banyak?
Kami memang masih kesulitan untuk menjangkau gunung Kidul semoga diedisi-edisi mendatang kami bisa memuat dan menyebarkan JP ke Gunung Kidul Kelaten dll.

Kalo bisa bonus pembatas bukunya gambar-gambar dewa dong, kan jadi ada nilai spiritualnya.
-081342639***-
Mohon maaf edisi kali ini kami tidak menberikan bonus. Semoga diedisi mendatang kami bisa memberikan bonus lagi dan ada gambar dewanya.

Jayapagus makin membaik, setelah beberapa lama kmhd isi akhirnya mampu berubah menjadi lebih baik. Salut buat Jayapangus. Tetaplah Pangus dan Jaya, tapi jangan over pangus. Maju terus Jayapangus. Kalau saya ikut nyumbang artikel boleh nggak ?
- Putu Niki- 08562560***
Terimakasih, atas dukungannya. Artikel anda tentang Saraswati bisa dilihat di WEB (www.jayapangus-hindu.blogspot.com) lain kali silahkan menulis artikel sesuai tema yang akan diterbitkan, biasanya pengumuman tema kami beritahukan melalui poster di Pura Jagatnatha setiap Tilem

Saya adalah seorang mahasiswi di sebuah sekolah tinggi di Jogja. Saya mau mengatakan, saya salut sama kretivitas kalian. Karena di jaman seperti ini masih ada generasi muda yang masih peduli dengan masalah kebudayaan dan religi. Jujur selama ini saya kira kebanyakan mahasiswa Hindu yang ada di Jogja cuek dengan masalah ini. Tapi mata saya terbuka ketika saya membaca tulisan kalian, sekarang saya mulai bertanya dalam hati " apa mungkin saya sendiri yang KUPER dalam pergaulan?? "

Saya ingin bertanya bagaiamana cara bergabung dengan persatuan komunitas Hindu yang ada di Jogja??


Sebenarnya banyak komunitas Hindu di Jogja. Selain KMHD dimasing-masing kampus, ada juga PMHD, Ashram, Komunitas India dan komunitas lainnya. Masalah syarat untuk menjadi anggota silahkan tanya langsung kepada pihak komunitas masing-masing. Untuk Komunitas Pemuda Hindu Jawa kami sudah bahas di edisi Mei. Semoga edisi mendatang kami bisa menghadirkan edisi KMHD Se-Jogja. Edisi ini sebenarnya sudah kami siapkan untuk bulan Juni lalu, namun karena Bencana Gempa maka edisi tersebut kami tunda, mohon dukungan dari semua pihak agar edisi tersebut bisa terwujud.


Om swastyastu,

Segenap Redaksi bulletin RAHIDHA PURNAMA BOGOR mengucapkan salut dan semoga JAYAPANGUS tetap eksis di Jogja dan sekitarnya serta kehadiranya tetap dinantikan setiap bulannya.

Om Santhi Santhi Santhi

  • Pande (Bogor)

Terimakasih atas dukungannya, semoga kita tetap bisa menghadirkan sesuatu yang bermanfaat bagi umat, dan sukses juga buat Bulletin RAHIDHA PURNAMA BOGOR

ASPIRASI UMAT

Kepada bapak-bapak yang duduk di BIMAS tolongkasih pembinaan untuk umat di blok-blok banguntapan. Mereka sangat perlu pembinaan sepiritual. Sudah banyak umat yang pindah agama lain

- Mono Sorowajan-+628882716857


Di Pura Jagatnatha tolong disediakan tempat menaruh sandal supaya umat lebih nyaman

- Pan Gede- 081931789***

Usul untuk Pura agar Tikar/alas duduk diperbanyak, soalnya kadang kalau kita duduk gak kebagian tikar, kan bawahnya semen kakinya jadi sakit apalagi metimpuh.

- Putu UNY-081804273***


Kalau pulang pakai sepeda motor pasti berdebu, gimana kalo dana parker yang dipungut tiapsembahyang untuk menggaji penyiram halaman sampai basah bener supaya tahan sampai satu malam

- Made- 08175455***


Teks kidung yang delaminating diperbanyak dan pas menyanyi dituntun trus umat mengikutibiar lebih semarak

- Dino- 08155744***

Kok laporan pertanggungjawaban POSKO gempa belum publikasikan, kalo kelamaan nanti umat yang telah menyumbang pasti bertanya dananya sudah disalurkan dengan benar atau malah diselewangkan…

- Yudi Janti


Segera perbaiki pura, agar tidak berbahaya untukumat…Jangan jadikan pura sebagai “proyek” rebutan

- cHa_deLayoTa

Laksana Widya Bhsya

Untuk mempersiapkan generasi Hindu yang tangguh, memegang Sradha, memiliki wawasan dan pengetahuan yang luas serta taat menjalankan ajaran agama Hindu dalam menghadapi persaingan global yang semakin kompleks, maka acara Laksana Widya Bhsya (pesantian) akan di gelar kembali pada tanggal 23,24 dan 25 September mendatang.

Acara yang akan dipusatkan di Pura Banguntapan ini ditargetkan akan diikuti oleh seluruh siswa Hindu mulai dari SD, SMP dan SMA yang berada di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Pesantian yang menginjak tahun ke empat ini juga bertujuan untuk menumbuhkembangkan persaudaraan sesama siswa didik, serta memberikan pengalaman nyata di dalam proses pengenalan jatidiri sebagai umat Hindu, agar mampu memvisualisasikan Tri Kaya Parisudha dalam Kehidupan sehari-hari.

Bapak Wayan Dhamayana selaku Ketua Paniti mengharapkan materi acara nantinya benar-benar menarik bagi siswa dan mengajak siswa terlibat langsung, bukan cuma duduk dan mendengarkan materi saja.

Diharapkan seluruh komponen masyarakat mendukung dan mensukseskan Program Laksana Widya Bhsya ini.

Pendaftaran peserta bisa menghubungi Sri:081338657045 atau datang langsung pada saat pembuakaan acara(23 September Pagi)

Kontribusi: Rp. 20.000,00/siswa

Pesraman/Sekolah Minggu

Minggu pagi, bagi adik-adik kita yang beragama Hindu dan masih bersekolah dari SD-SMA merupakan hari untuk belajar agama dan bertemu teman-teman sesama umat Hindu dalam Pesraman (sekolah Minggu).

Pesraman ini dibuat dengan tujuan memberikan pendidikan agama Hindu mengingat tidak semua siswa mendapatkan pendidikan Agama Hindu di sekolahnya , apalagi di sekolah swasta atau yayasan agama lain. Selain itu melalui pesraman ini diharapkan anak-anak dan orang tua siswa bisa saling mengenal satu sama lainya. Di Jogja dan sekitarnya tercatat ada beperapa Pesraman, antara lain :

Pesraman Widya Dharma di Banguntapan merupakan pesraman teraktif . Pesraman ini memiliki siswa sekitar70 orang . Karena keketerbatasan Ruang, terpaksa dilakukan penggabungan kelas, kelas I-II ,kelas III-IV, kelas V-VI, kelas SMP dan Kelas SMA.

Lain lagi dengan Eka Dharma Kasian Bantul, jumlah siswa ketika kami kunjungi sekitar 9 orang. Karenanya siswa SD-SMA digabung jadi satu sehingga materi yang sampaikan lebih umum agar bisa diterima semua siswa, pesraman yang telah berdiri 2 tahun ini tetep berjalan meski saat ini di Pura tersebut dalam proses pembanguna pendopo dan Kori Agung.

Sementara ketika berkunjung ke Pesraman Saraswati di Pura Widya Dharma Dero Sleman, tidak terlihat aktifitas pesraman, memang saat itu sedang diadakan perbaikan pura pasca gempa. Menurut salah satu warga, pesraman sebenarnya masih ada namun memang tidak setiap minggu digelar.

Sementara di Pura Sri Gading Seyegan dilaporkan jumlah murid di Pesraman Sri Gading berjumlah 9 orang, pesraman ini memang baru dan masih mencari format pengajaran yang kira-kira disukai anak-anak.

Karena keterbatasan halaman di JAYAPANGUS maka kondisi masing masing pesraman tidak bisa kami muat secara lengkap, jika ingin mengetahui lebih jelas tentang kondisinya, mengapa tidak datang langsung setiap minggu Pagi ?. Acara biasanya berlangsung dari jam 08.00-09.30 WIB. Dari pada bingung harus ngapain minggu pagi, lebih baik ikut bantu-bantu di Pesraman.

Suryanto, M.Pd.Banggalah menjadi Hindu


HINDU di Balik Tuduhan dan Prasangka merupakan buku laris dan sedang banyak dibicarakan orang saat ini. Buku dengan tebal 171 halaman ini ditebitkan oleh Narayana Smerti press dan cetakan keduanya hampir habis. Buku yang merupakan kumpulan artikel-artikel newsletter Sanatana Dharma yang biasanya dibagikan geratis setiap purnama ini memang kontroversial. Sejak awal Artikel yang dimuat identik dengan perlawanan dan pelurusan terhadap tudingan miring terhadap Hindu.

Suryanto,M.Pd. adalah orang yang berada dibalik tulisan-tulisan tersebut. Dibalik sosoknya yang sederhana dan bersahaja ternyata ia menyimpan semangat dan keberanian yang sangat luar biasa. Lahir di desa Ngadirenggo ,Wlingi, Blitar Jawa timur tahun 1975. Lulus sebagai sarjana Pendidikan Fisika dari Fakultas MIPA Universitas Negeri Palangkaraya pada tahun 2000. Melanjutkan studi pada Program Studi Pendidikan Luar Sekolah(PLS), Program Pasca sarjana Universitas Negeri Yogyakarta, tamat pada September 2004. Pernah melakukan penelitian sistem pendidikan tradisional Hindu bersama Gurukula di India (2002) dan membandingkannya dengan pendidikan Islam tradisional pesantren di Indonesia. Ia ini tidak hanya mampu mengupas kitab-kitab Weda saja. Pergaulannya pada referensinya yang luas tentang agama-agama lainnya, menyebabkan dia bisa mengupas dengan jernih tentang kelahiran agama-agama Islam, Buddha dan Kristen.

Tulisan-tulisannya yang sering bersinggungan langsung dengan ajaran dan pandangan agama-agama diluar Hindu sempat membuat beberapa kalangan umat Hindu was-was. Pada suatu kesempatan Suryanto bercerita bahwa dia pernah didatangi oleh kalangan umat Hindu sendiri karena tulisanya dianggap menghasut umat untuk menumbuhkan kebencian kepada umat lain. Namun Suryanto yakin apa yang dilakukannya ini adalah benar dan sudah saatnya Umat Hindu Berani melakukan klarifikasi terhadap tudingan miring tersebut. Caranya adalah kita harus semakin rajin mendalami dan mengkaji kitab-kitab Weda secara benar. Dan selalu menyerukan pembacanya: Banggalah menjadi Hindu

Ditanya tentang dunia pendidikan Hindu khususnya di Yogyakarta, Bapak 1 putra yang pernah jualan Bakso Sapi untuk membiayai kuliahnya ini mengatakan sebenarnya SDM Hindu di Jogja sangat Banyak, banyak yang pintar, namun memang struktur dan menejen pengelolaannya masih kurang bagus, sehingga SDM kita belum bisa dimanfaatkan secara optimal untuk kemajuan Umat. Masih banyak hal yang harus dibenahi bersama.

Saat ini selain aktif membina Asram Narayana Smerti Yogyakarta, ia juga sedang menyiapkan bukunya yang kedua, serta mengajar pengenalan agama Hindu pada beberapa perguruan tinggi di Yogyakarta . Umat Hindu memang patut berbangga punya seorang umat seperti Suryanto. Dan semoga akan lahir Suryanto-Suryanto baru dengan gebrakan yang lebih bisa dibanggakan oleh Umat Hindu.

Monday, September 04, 2006

Keseimbangan Pengetahuan Intelektual dan Spiritual di Hari Saraswati


Saras berarti "sesuatu yang mengalir" atau "ucapan" dan Wati artinya memiliki. Saraswati secara etimologis bermakna sesuatu yang mengalir atau makna dari ucapan. Ilmu pengetahuan itu sifatnya mengalir terus-menerus tiada henti-hentinya ibarat sumur yang airnya tiada pernah habis meskipun setiap hari ditimba untuk memberikan hidup pada umat manusia. Demikianlah Dewi Saraswati digambarkan sebagai sesosok dewi yang amat cantik bertangan empat memegang: wina (alat musik), kropak (pustaka), ganitri (japa mala) dan bunga teratai. Dewi Saraswati oleh umat di India dipuja dalam wujud Murti Puja. Umat Hindu di Indonesia memuja Dewi Saraswati dalam wujud hari raya atau rerahinan.
Perayaan Hari Saraswati pada hakikatnya adalah pemujaan kepada Ida Sanghyang Widhi Wasa dalam manifestasi Beliau sebagai pencipta, penguasa, dan penganugrah ilmu pengatahuan, baik ilmu pengetahuan spiritual maupun intelektual. Dalam perayaan ini yang dimuliakan adalah Sakti dari Beliau, yakni Ibu Saraswati.
Dalam budaya Hindu, Saraswati adalah Dewi Ilmu Pengetahuan dan Kesenian baik seni musik, seni lukis, seni patung, seni tari, dan kesusastraan. Ia melambangkan persatuan antara ekspresi dan pengetahuan; antara kebijaksanaan dan kreatifitas. Dalam kepercayaan Hindu modern, ia dipercaya sebagai Çakti, istri Dewa Brahma. Beliau dipercaya memberi bakat menulis pada manusia agar musik-musik ciptaannya dapat ditulis dan dilestarikan. Beliau adalah Dewi Kefasihan, dan kata-kata mengalir keluar darinya seperti aliran sungai yang lembut. SatuSaraswati digambarkan sebagai matahari yang dapat melenyapkan kegelapan dunia, demikian ilmu pengetahuan memusnahkan kebodohan dan keterbelakangan. Perayaan hari raya Saraswati menunjukkan arti penting ilmu pengetahuan bagi kehidupan umat manusia. Ia berfungsi tidak hanya sebagai penopang hidup, tetapi juga sebagai upaya sadhana untuk merealisasikan penyatuan atman dengan paramatman. Ilmu pengetahuan -- sebagaimana makna Saraswati -- bersifat mengalir terus-menerus tiada henti. Ibarat prana kehidupan yang tak akan pernah habis walau tiap hari dipakai oleh semua makhluk. Begitu pentingnya peranan ilmu pengetahuan dalam kehidupan, terlihat dari betapa semarak dan tingginya penghormatan umat Hindu (di Indonesia maupun India) terhadap Dewi Saraswati. Tujuan penguasaan ilmu pengetahuan bagi umat Hindu adalah untuk membedah bidang kegelapan (awidya) dengan pedang pembedaan (wiweka). Dalam ajaran Raja Yoga telah diajarkan tiga tahap kemampuan membedakan bagian permukaan dari ''diri kita'', yang terletak berlapis-lapis di bagian luar dengan ''diri kita'' yang telah luas yang terletak di dalamnya. Pertama, mendengarkan ucapan orang-orang bijaksana, membaca kitab-kitab suci, serta naskah-naskah filsafat. Kita diperkenalkan bahwa, tanpa disadari, di pusat jati dirilah letak sumber kehidupan yang sesungguhnya. Kedua adalah berpikir melalui kontemplasi dan refleksi yang mendalam dan terus-menerus. Apa yang telah muncul pada tahapan pertama sebagai kemungkinan abstrak dilihat sebagai sesuatu yang menimbulkan kesadaran hidup tentang atman yang mendasari kepribadian yang fenomenal ini. Pada saat demikian kita sudah siap memasuki tahap ketiga, yakni pengadilan identifikasi diri dari bagian hidup yang masih berlangsung hingga saat ini, ke bagian hidup yang abadi. Cara melakukannya adalah dengan bermeditasi, tetap mengulang-ulang nama Tuhan (japa, namasmaranam) sambil melakukan pekerjaan sehari-hari (karma yoga). Disamping itu, ada lima pilar ilmu pengetahuan kebijaksanaan yang terajut dalam sebuah untaian kata mutiara, yaitu: kebenaran (satya) adalah cinta kasih dalam pikiran; kebajikan (dharma) adalah cinta kasih dalam tindakan; kedamaian (shanti) adalah cinta kasih dalam perasaan; cinta kasih (prema) adalah dasar pembentukan karakter; serta tanpa kekerasan (ahimsa) adalah cinta kasih dalam pengertian.
*Pelaksanaan Hari Saraswati
Hari Saraswati jatuh pada hari Sabtu wuku Watugunung. Di hari ini semua pustaka terutama Weda dan sastra-sastra agama dikumpulkan sebagai lambang stana pemujaan Dewi Saraswati. Di tempat pustaka yang telah ditata rapi dihaturkan upacara Saraswati. Upacara Saraswati yang pa-ling inti adalah banten (sesajen) Saraswati, daksina, beras wangi dan dilengkapi dengan air kumkuman (air yang diisi kembang dan wangi-wangian). Banten yang lebih besar lagi dapat pula ditambah dengan banten sesayut Saraswati, dan banten tumpeng dan sodaan putih-kuning. Upacara ini dilangsungkan pagi hari dan tidak boleh lewat tengah hari.
Menurut keterangan lontar Sundarigama tentang Brata Saraswati, pemujaan Dewi Saraswati harus dilakukan pada pagi hari atau tengah hari. Dari pagi sampai tengah hari tidak diper-kenankan membaca dan menulis terutama yang menyangkut ajaran Weda dan sastranya. Bagi yang melaksanakan Brata Saraswati dengan penuh, tidak membaca dan menulis itu dilakukan selama 24 jam penuh. Sedangkan bagi yang melaksanakan dengan biasa, setelah tengah hari dapat membaca dan menulis. Bahkan di malam hari dianjurkan melakukan malam sastra dan sambang samadhi.
Besoknya pada hari Radite (Minggu) Paing wuku Sinta di-langsungkan upacara Banyu Pinaruh. Kata Banyu Pinaruh artinya air ilmu pengetahuan. Upacara yang dilakukan yakni menghaturkan laban nasi pradnyam air kumkuman dan loloh (jamu) sad rasa (mengandung enam rasa). Pada puncak upacara, semua sarana upacara itu diminum dan dimakan. Upacara lalu ditutup dengan matirtha. Upacara ini penuh makna yakni sebagai lambang meminum air suci ilmu pengetahuan. Peringatan dan perayaan Hari Saraswati setiap 210 hari yang diyakini sebagai hari turunnya ilmu pengetahuan bukan berarti manusia hanya belajar dan memperoleh ilmu pengetahuan di hari ini saja. Namun hendaknyalah manusia mencari, mempelajari, dan menguasai segala bentuk ilmu pengetahuan secara bijaksana dan penuh kesadaran di setiap harinya. Karena dengan penguasaan ilmu pengetahuan kebijaksanaan akan dapat membangkitkan kesadaran akan sifat-sifat diri sendiri yang sejati. Ilmu pengetahuan sekuler lebih berfokus pada rasionalitas, padahal hidup membutuhkan lebih banyak kesadaran. Pendidikan modern lebih banyak mengembangkan kecerdasan dan keterampilan, tetapi kurang memperhatikan penggembangan kesadaran dan budi pekerti. Akibatnya, ilmu pengetahuan dalam sistem pendidikan modern terdistorsi serta tidak berhasil membangkitkan kesadaran sebagian besar umat. Oleh karena itu, serangkaian perayaan Hari Raya Saraswati saat ini kita perlu mendekonstruksi kemapanan hegemoni ilmu pengetahuan Barat yang lebih berdasarkan rasionalitas, dan menyejajarkannya dengan ilmu kebijaksanaan Timur dengan sentuhan nuansa spiritualnya. Dengan begitu, umat di samping cerdas juga memiliki kesadaran dan moralitas, seperti: viveka, vairagya dan vichakshana sehingga mereka memiliki tangan-tangan yang sigap melayani, hati yang penuh cinta kasih, serta pikiran yang suci nan jernih.
“Kecakapan bagaikan aliran sungai Narmada. Kemurnian hatiku sebagai sungai Gangga. Dewi Saraswati berstana di lidah dan Dewi Irawati berstana di mata.”
Demikianlah tujuan pemujaan Dewi Saraswati. Kalau tujuan pemujaan Dewi Saraswati dapat tercapai maka terhindarlah kita dari godaan penyakit, kelakuan jahat dan buruk.

Agama mengarahkan hidup, ilmu pengetahuan memudahkan hidup, sedangkan seni meng-haluskan hidup. Karena itulah, memuja Tuhan Yang Maha Esa menurut pandangan Hindu juga menggunakan aspek seni. Pe-mujaan kepada Dewi Saraswati tiada lain adalah memuja Tuhan Yang Maha Esa dalam aspeknya sebagai sumber ilmu pengetahuan suci Weda.(pea)

-dari berbagai sumber-