Peranan Wanita Dulu dan Kini
Dimuat pada JAYAPANGUS edisi emansipasi wanita hindu April 2006
Seiring dengan berjalannya waktu, fungsi dan peranan wanita dalam kehidupan social masyarakat kita mengalami perkembangan yang sangat pesat. Sekarang ini banyak wanita yang memegang posisi/jabatan suatu pekerjaan yang dulu selalu diisi oleh pria, banyak pula wanita
mampu menjadi tokoh masyarakat yang dulu peranan ini hanya dimiliki pria, dan masih banyak lagi prestasi wanita yang sudah mampu menyamai prestasi pria. Era kebangkitan kaum Hawa ini sering diistilahkan dengan emansipasi wanita. Kebangkitan yang menuntut persamaan gender/peranan dalam kehidupan bermasyarakat. Suatu arti yang sangat mulia dan patut untuk dimengerti pemahamannya.
Dalam ajaran Hindu yang berdasarkan pada Weda, wanita dan pria adalah makhluk yang memiliki kedudukan yang sama. Sama-sama untuk bisa menghormati dan dihormati sesuai dengan peranan/fungsinya agar terciptanya suatu keharmonisan.
Sekarang sudah hampir semua wanita memiliki pandangan hidup yang sejajar dengan lawan jenisnya, pandangan yang mampu mengubah seseorang wanita yang lemah menjadi wanita yang kuat. Emansipasi Wanita. Tetapi kadang-kadang ada juga orang yang salah mengartikan emansipasi dalam pengertian yang sempit. Mengartikan emansipasi untuk menyamai atau mengambil alih peranan dan fungsi kaum pria. Dalam pandangan penulis, Emansipasi lebih cenderung pada mengembalikan fungsi dan peranan kaum wanita dalam kehidupan sosial sesuai dengan posisi yang seharusnya, yaitu bersama-sama dengan kaum pria untuk membangun suatu keharmonisan.
Dalam banyak kasus justru pemahaman yang sempit inilah yang lebih banyak mendominasi emansipasi wanita jaman sekarang. Contoh kecil, banyak wanita yang mencari ketenaran (menjadi artis dadakan) dengan 'jalan pintas' yaitu kong kali kong dengan sang produser, wanita yang bekerja mencari nafkah sampai-sampai (maaf) menjual diri hanya demi mendapatkan kekayaan dengan cepat. Seorang ibu giat bekerja mengejar karier sampai mengabaikan tugasnya pada keluarga dengan alasan agar bisa menyamai pendapatan suami. Ilustrasi di atas hanya sebagian dari begitu banyaknya kasus lain akibat dari pemahaman yang sempit tentang 'era kebangkitan wanita'. Begitu pula dengan kaum pria lebih cenderung memanfaatkan keadaan yang demikian untuk kepentingan sendiri tanpa memperhatikan aspek lain yang justru akan merugikan anak cucunya. Karena apabila hal ini berlanjut terus menerus, maka generasi penerusnya akan menganggap hal yang salah itu menjadi hal biasa dan kemudian berkembang menjadi hal yang benar.
Penulis bukan bermaksud menyudutkan/menghakimi siapa pun (pria maupun wanita), tetapi hanya sebatas untuk mengingatkan bahwa kita manusia adalah makhluk yang mempunyai kedudukan yang sama di mata Tuhan, tidak ada manusia yang lebih/kurang dari manusia lainnya. Jika saja kita bisa menahan diri untuk tidak memenuhi hasrat "egoisme duniawi" dan mampu menjalani peran kita masing-masing, penulis kira tidak akan ada lagi perdebatan yang saling menghancurkan di antara kita. Cobalah untuk menemukan 'jati diri' masing-masing agar kita tahu apa peran/fungsi kita yang sesungguhnya. Karena setiap Pria maupun Wanita yang lahir di dunia ini sudah memiliki perannya masing-masing.
---Tulisan ini dibuat hanya untuk mengomentari realita sosial yang
sedang berlaku dimasyarakat dan muncul dari pemikiran- pemikiran
penulis yang serba terbatas.---
by Dodik-Akakom
0 Comments:
Post a Comment
<< Home